HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PRILAKU
DALAM ORGANISASI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATAKULIAH
“ PRILAKU ORGANISASI ”
yang dibina oleh
Bapak Ali Sukamto, AP, S.AP, M.AP
oleh
Agus Sugiarno
NIM. 10.1.1.058-AN
SEKOLAH
TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISOSPOL)
“WASKITA
DHARMA” MALANG
JURUSAN
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JULI
2013
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1. Latar Belakang......................................................................................... 1
2. Masalah Atau
Topik Bahasan................................................................... 1
3. Tujuan
Penulisan Makalah........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
1. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Persepsi........................................... 2
2.
Teori Hubungan........................................................................................ 3
3.
Jalan Pintas yang Sering Digunakan dalam Menilai Individu Lain......... 5
4.
Pembelajaran dan Pengetahuan................................................................ 7
5.
Pemahaman Individu dan Proses Beradaptasi terhadap Lingkungan...... 9
6.
Pembentukan perilaku.............................................................................. 9...........
BAB III
PENUTUP.............................................................................................. 11
1.
Kesimpulan............................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persepsi adalah
proses dimana individu dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna
memberi arti bagi lingkungan mereka. Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas
objektif. Walaupun seharusnya tidak
perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul. Sebagai contoh, sesuatu yang
mungkin bila semua karyawan dalam sebuah perusahaan menganggapnya sebagai
tempat kerja yang baik, kondisi kerja yang menyenangkan, penugasan kerja yang
menarik, bayaran yang bagus, tunjangan yang sangat bagus,manajemen yang
pengertian dan bertanggung jawab. Tetapi, seperti yang diketahui oleh sebagian
besar dari kita, adalah sangat luar biasa untuk menemukan kecocokan yang
seperti itu.
Mengapa
persepsi itu penting dalam studi PO? Hanya karena perilaku individu didasarkan
pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Dunia yang dipersepsikan individu merupakan
dunia yang mementingkan perilaku.
2. Masalah
Atau Topik Bahasan
Sehubungan dengan latar
belakang, penulis membatasi pada :
1)
Faktor yang mempengaruhi persepsi
2)
Teori hubungan dalam organisasi
3. Tujuan
Penulisan Makalah
Secara
rinci tujuan penulisan ini adalah untuk :
1)
Menerangkan
persepsi dengan prilaku dalam organisasi.
2)
Membuktikan
hubungannya persepsi dengan prilaku dalam organisasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Persepsi
Sejumlah
faktor beroperasi untuk membentuk dan kadang mengubah persepsi. Faktor-faktor
ini bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target
yang diartikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut
dibuat.
Ketika
seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan
apa yang dilihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai
karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut.
Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian,
motif, minat, pengalaman masa lalu dan harapan-harapan seseorang. Sebagai
contoh, apabila anda mengharapkan para petugas polisi memiliki wewenang,
orang-orang muda menjadi malas, atau para individu yang mendiami kantor umum
tidak mengindahkan moral. Anda mungkin menganggap mereka seperti itu tanpa
memedulikan sifat-sifat mereka yang sebenarnya.
Karakteristik
target yang diobservasi bisa memengaruhi apa yang diartikan. Individu yang
bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah kelompok dibandingkan
individu yang diam. Begitu pula dengan individu yang luar biasa menarik atau
tidak menarik. Oleh karena target tidak dilihat secara khusus,hubungan sebuah
target dengan latar belakangnya juga memengaruhi persepsi, seperti halnya
kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang
mirip. Sebagai contoh, kaum wanita, orang-orang kulit berwarna, atau anggota
dari kelompok lain yang mempunyai berbagai karakteristik yang dapat dibedakan
dengan jelas menurut ciri-ciri atau warna kulit sering kali dianggap sama dalam
karakteristik-karakteristik lain yang tidak terkait.
Konteks
dimana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting.Waktu sebuah objek atau peristiwa dilihat dapat
memengaruhi perhatian, seperti halnya lokasi, cahaya, panas,atau sebuah faktor
situasional lainnya. Sebagai contoh, di sebuah klub malam pada Sabtu malam,
anda mungkin tidak memerhatikan seorang wanita berusia 22 tahun 'yang
berpakaian sangat seksi'. Namun, wanita yang sama berpakaian hadir dikelas
manajemen Anda dihari Senin pagi pasti akan mendapatkan perhatian Anda (dan
perhatian seluruh kelas). Baik si pembuat persepsi maupun target tidak berubah
antara hari Sabtu malam dan Senin pagi, tetapi situasinya berbeda.
Persepsi
Seseorang, Membuat penilaian tentang individu lain. Penerapan konsep persepsi
yang paling relevan dengan perilaku organisasi adalah persepsi seorang individu
yang dibuat tentang individu lainnya.
2. Teori Hubungan
Usaha ketika
individu –individu mengamati perilaku untuk menentukan apakah hal ini
disebabkan secara internal atau external. Penentuan tersebut sebagian besar
tergantung pada 3 faktor yaitu:
- Kekhususan
Kekhususan merujuk pada apakah seorang individu
memperlihatkan perilaku-perilaku berbeda dalam situasi-situasi yang berbeda.
Apakah karyawan yang datang terlambat hari ini juga merupakan sumber keluhan
dari rekan-rekan kerja karena menjadi individu yang mengabaikan komitmen secara
tetap? Yang ingin kita ketahui adalah apakah perilaku ini tidak biasa? Bila ya,
si pengamat cenderung memberi perilaku tersebut suatu hubungan eksternal.
Apabila tindakan ini sudah biasa, tindakan ini mungkin akan dinilai sebagai
hubungan internal.
- Konsensus
Apabila semua individu yang menghadapi situasi serupa
merespons dalam cara yang sama, kita bisa berkata bahwa perilaku tersebut
menunjukkan konsensus. Perilaku
karyawan yang didiskusikan tersebut akan sesuai dengan kriteria ini apabila
semua karyawan yang mengambil rute yang sama menuju tempat kerja juga terlambat.
Dari perspektif hubungan, apabila konsensus tinggi, Anda diharapkan memberikan
hubungan eksternal untuk keterlambatan karyawan teersebut. Sementara apabila
karyawan lainnya yang mengambil rute yang sama bisa tiba tepat waktu ke tempat
kerja kesimpulan.
- Konsistensi
Anda tentang sebab tersebut adalah hubungan
internal. Akhirnya seorang karyawan mencari konsistensi
dalam tindakan-tindakan seseorang. Apakah
individu tersebut selalu merespons dalam cara yang sama? Datang terlambat 10
menit ketempat kerja tidak diartikan dalam cara yang sama untuk karyawan yang
merupakan kesalahan yang tidak biasa (tidak pernah terlambat selama beberapa
bulan) dengan karyawan yang keterlambatannya merupakan bagian dari pola rutin
(terlambat dua atau tiga kali seminggu). Semakin konsisten perilaku, semakin besar kecenderungan pengamat untuk
menghubungkannya dengan sebab-sebab internal.
Kesalahan
atau bias yang mengubah berbagai hubungan:
a)
Kesalahan
hubungan yang fundamental.
Kecenderungan untuk merendahkan pengaruh faktor-faktor
eksternal dan meninggikan faktor-faktor internal ketika membuat penilaian
perilaku orang lain. Sebagai contoh, seorang manajer penjualan cenderung menghubungkan
kinerja yang buruk dari para salesnya dengan kemalasan daripada dengan produk
inovatif yang diperkenalkan oleh pesaing.
b)
Bias
pemikiran diri sendiri
Kecenderungan bagi para individu untuk menghubungkan
keberhasilan mereka sendiri dengan faktor-faktor internal, sementara
menyalahkan faktor-faktor eksternal untuk kegagalan. Contohnya adalah perang
Irak. Saat Amerika tampak akan menang, mereka mengumumkan bahwa misi
terselesaikan namun saat senjata pemusnah massal tidak ditemukan, mereka
menyalahkan kegagalan intelijen.
3. Jalan Pintas yang Sering
Digunakan dalam Menilai Individu Lain
Kita menggunakan sejumlah jalan pintas ketika menilai
individu lain. Mengartikan dan menginteraksikan apa yang dilakukan oleh
individu lain sangatlah berat. Akibatnya, para individu mengembangkan berbagai
teknik untuk membuat tugas tersebut menjadi lebih dapat diatur. Teknik-teknik
ini sering kali berharga, mamungkinkan kita untuk membuat berbagai persepsi
yang akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid untuk membuat berbagai
prediksi. Namun, teknik-teknik tersebut bukan merupakan teknik-teknik yang
sangat mudah sehingga bisa dilakukan oleh siapapun, sebaliknya teknik-teknik
tersebut dapat dan benar-benar menyulitkan kita. Pemahaman mengenai hal ini bermanfaat
dalam mengenali kapan teknik-teknik tersebut dapat mengakibatkan penyimpangan
yang signitifikan.
3.1 Persepsi Selektif
Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat
seseorang berdasarkan niat,latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Tetapi
bagaimana cara memilih berfungsi sebagai jalan pintas dalam menilai indinividu
lain? Karena kita tidak bisa menerima semua yang kita amati,kita hanya
mengambil sedikit-sedikit. Bagian-bagian kecil tersebut tidak dipilih secara
acak, melainkan dipilih secara selektif menurut minat, latar belakang,
pengalaman, dan sikap kita. Persepsi selektif memungkinkan kita membaca
individu lain dengan cepat, tetapi tetap mendapat risiko bahwa kita mendapatkan
gambaran yang tidak akurat. Karena kita melihat apa yang ingin kita lihat,kita
bisa menarik kesimpulan yang tidak beralasan dari situasi yang ambigu.
3.2 Efek Halo
Ketika kita berbuat sebuah kesan umum tentang seorang
individu berdasarkan sebuah karakteristik, seperti kepandaian, keramahan, atau
penampilan, efek halo(halo efect)
sedang bekerja.Fenomena ini sering kali muncul ketika para siswa menilai guru
mereka. Para siswa mungkin memberikan keunggulan untuk satu sifat seperti
antusiasme dan membuat seluruh evaluasi mereka dipengaruhi oleh bagaimana
mereka menilai guru tersebut berdasarkan satu sifat itu. Jadi, seorang guru
bisa jadi pendiam, percaya diri, pandai, dan sangat cakap, tetapi jika gayanya
kurang bersemangat, para siswa mungkin akan memberikan nilai yang rendah untuk
guru tersebut.
3.3 Efek-efek Kontras
Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang
yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru
ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau rendah untuk
karakteristik-karakteristik yang sama. Seorang pelamar cenderung akan mendapat
penilaian lebih baik jika didahului pelamar-pelamar dengan kemampuan menengah
dan mendapat evaluasi kurang baik jika didahului oleh pelamar dengan kemampuan
unggul.
3.4 Proyeksi
Kecenderungan untuk menghubungkan karakteristik-karakteristik
diri sendiri dengan individu lain disebut proyeksi. Individu yang terlibat
dalam proyeksi cenderung menerima individu lain sesuai dengan gambaran mereka
sendiri dibandingkan berdasarkan hasil observasi mengenai gambaran individu
tersebut. Misalnya Anda seorang yang jujur dan dapat dipercaya maka Anda akan
cenderung menganggap orang lain jujur dan dapat dipercaya juga.
3.5 Pembentukan Stereotip
Adalah menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang
kelompok di mana ia bergabung. Kita mengandalkan generalisasi setiap hari
karena hal itu akan membuat keputusan yang cepat dan akurat. Generalisasi
adalah cara untuk menyederhanakan dunia yang kompleks, dan memungkinkan kita
untuk mempertahankan konsistensi.
4. Pembelajaran dan Pengetahuan
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang
relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Kita dapat
menyimpulkan bahwa pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu
berperilaku, bereaksi, dan merespons sebagai hasil dari pengalaman sengan satu
cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya.
Tiga teori
pembelajaran yaitu, pengondisian klasik, pengondisian operant dan pembelajaran
sosial.
4.1 Pengondisian klasik
Adalah jenis pengondisian dimana individu merespons
beberapa stimulus yang tidak biasa dan menghasilkan response baru. Pengondisian
adalah pasif, sesuatu terjadi dan kita bereaksi dalam cara tertentu. Reaksi
tersebut diperoleh sebagai response terhadap kejadian tertentu yang dikenali.
Tetapi sebagian besar perilaku adalah dihasilkan bukan diperoleh. Contohnya
jika seorang karyawan memilih untuk datang tepat waktu dan meminta bantuan
atasan ketika mendapat masalah, atau bersikap santai saat tak ada karyawan lain
yang melihat.
4.2 Pengondisian Operant
Adalah jenis pengondisian dimana perilaku sukarela yang
diharapkan menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman. Pengondisian
operant menyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari
konsekuensi-konsekuensinya. Individu belajar berperilaku untuk mendapatkan
sesuatu yang mereka inginkan atau menghindari sesuatu yang tidak mereka
inginkan. Perilaku yang mendapat penghargaan akan cenderung diulang sedangkan
perilaku yang tidak mendapat penghargaan atau dihukum kecil kemungkinan untuk
diulang. Pengondisian operant merupakan bagian dari konsep paham perilaku, yang menyatakan bahwa perilaku
mengikuti rangsangan dalam cara yang tidak terpikirkan.
4.3 Pembelajaran Sosial
Adalah sebuah pandangan bahwa seseorang dapat belajar
melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Pengaruh model-model adalah sentral
pada sudut pandang pembelajaran sosial. Empat proses telah ditemukan untuk
menentukan pengaruh sebuah model pada seorang individu:
1)
Proses perhatian. Individu belajar dari sebuah model hanya ketika mereka
mengenali dan mencurahkan perhatian pada fitur-fitur pentingnya. Kita cenderung
sangat berpengaruh pada model yang menarik, tersedia secara berulang-ulang, penting bagi kita, atau mirip
dengan kita menurut perkiraan kita.
2)
Proses
Penyimpanan. Pengaruh sebuah model akan bergantung pada seberapa baik individu
mengingat tindakan model setelah model tersebut tidak lagi tersedia.
3)
Proses
reproduksi motor. Setelah seseorang melihat sebuah perilaku baru dengan
mengamati model, pengamtan tersebut harus diubah menjadi tindakan. Proses ini
kemudian menunjukkan bahwa individu itu dapat melakukan aktivitas yang
dicontohkan oleh model tersebut.
4)
Proses
penegasan. Individu akan termotivasi untuk menampilakn perilaku yang
dicontohkan jika tersedia insentif positif atau penghargaan. Perilaku yang
diitegaskan secara positif akan mendapat lebih banyak perhatian dipelajari
dengan lebih baik dan dilakukan lebih sering.
5. Pemahaman Individu dan Proses
Beradaptasi terhadap Lingkungan.
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku dapat
dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan dengan mengondisikan atau
menciptakan stimulus tertentu dalamlingkungan. Lingkungan dapat dibagai kedalam
dua jenis yaitu :
1)
lingkungan
objektif (segala sesuatu yang ada disekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan stimulus).
2)
lingkungan
Effektif (sesuatu yang actual menstimulus individu sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada dirinya
untuk merespon).
Holistik atau Humanisme memandanng bahwa aspek-aspek
intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu merupakan faktor
penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa stimulus yang datang
dari lingkungan. Humanisme menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam
konteks apa (what), bagaimana (how) dan mengapa (why).
1)
What
Apa
menunjukkan tujuan yang hendak dicapai dengan perilaku tersebut.
2)
How
Bagaimana
menunjukkan jenis dan bentuk cara mencapai tujuan, yakni perilaku itu sendiri.
3)
why
Mengapa
menunjukkan motivasi yang menggerakkan terjadinya dan berlangsungnya perilaku,
baik bersumber dari diri individu (intrinsik) maupun yang bersumber dari luar
individu (ekstrinsik).
6. Pembentukan perilaku
adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah
yang menggerakkan seorang individu lebih dekat kepada response yang diharapkan.
Empat cara pembentukan perilaku adalah melalui penegasan
positif, penegasan negatif, hukuman dan peniadaan.
1)
Penegasan
positif
merupakan respons dengan sesuatu yang menyenangkan,
misalnya atasan yang memuji bawahan yang telah mengerjakan pekerjaan dengan
baik tepat pada waktunya.
2)
Penegasan
negatif
adalah menindaklanjuti respos dengan penghentian atau
penarikan sesuatu yang tidak menyenangkan
3)
Hukuman
menyebabkan sebuah kondisi tidak menyenangkan dalam upaya
menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan.
4)
Peniadaan
adalah menghapuskan semua penegasan yang mempertahankan
sebuah perilaku.
BAB III
PENUTUP
Dalam bab ini
berisi tentang kesimpulan, dimana kesimpulan merupakan penegasan kembali atau
ringkasan dari pembahasan yang telah di lakukan dan diuraikan sebagai berikut :
1.
Kesimpulan
1)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam
diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi
dimana persepsi tersebut dibuat.
2)
Teori hubungan sebagian besar tergantung pada 3 faktor yaitu,
kekhusunan, konsensus, konsistensi.
3)
Teknik-teknik
dalam menilai individu lain dapat mengakibatkan penyimpangan yang signitifikan
yaitu, persepsi selektif, elfek halo, efek-efek kontras, proyeksi, Pembentukan
Stereotip.
4)
Tiga
teori pembelajaran yaitu, pengondisian klasik, pengondisian operant dan
pembelajaran sosial.
5)
Humanisme
menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks apa (what), bagaimana
(how) dan mengapa (why).
6)
Empat
cara pembentukan perilaku adalah melalui penegasan positif, penegasan negatif,
hukuman dan peniadaan.
assalamualaikum , mohon izin copy artikel makalah ini untuk membantu memenuhi tugas kuliah saya ?
BalasHapusterimakasih mohon balasan nya .
Assalamulaikum, mohon ijin copi makalah ini, untuk memenuhi tugas kuliah saya,sebelumny terimaksih
BalasHapusMohon izin copy makalah ini untuk tugas kuliah
BalasHapusassalamu'alaykum.. mohon izin copy makalahnya. terimakasih sebelumnya
BalasHapus